
MasifMedia – Gus Dur sejak dilengserkan mengundang kontroversi, ada banyak yang mengatakan bahwa Gus Dur bersalah, bahkan Gus Dur dituduh melakukan korupsi. Namun pada suatu kesempatan, Gus Dur menjawabnya bahwa ‘sejarah yang akan berbicara’.
Setelah sepuluh tahun dari meninggalnya Gus Dur, perlahan fakta sejarah tentang kebenaran yang dilakukan oleh Presiden ke-4 ini semakin bermunculan. Salah satunya fakta sejarah tersebut tertuang dalam buku dengan judul “Menjerat Gus Dur” karya Virdika Rizky Utama.
Setelah sepuluh tahun dari meninggalnya Gus Dur, perlahan fakta sejarah tentang kebenaran yang dilakukan oleh Presiden ke-4 ini semakin bermunculan. Salah satunya fakta sejarah tersebut tertuang dalam buku dengan judul “Menjerat Gus Dur” karya Virdika Rizky Utama.
Dalam buku tersebut, Virdika secara gamblang menyajikan dokumen penting yang mengungkapkan sekelompok orang yang secara sengaja menggulingkan Gus Dur. Di sini, Virdika tanpa menutupi nama-nama aktor di balik itu, ia secara terbuka menyampaikan nama-nama yang mungkin memang familiar di ruang publik, seperti Akbar Tandjung dan Amin Rais.
Virdika, selaku penulis, mengatakan bahwa buku tersebut ditulis dimulai dari ditemukannya dokumen penting di kantor DPP Golkar pada bulan Oktober 2017 yang lalu. Dokumen tersebut ditulis oleh Fuad Bawazier kepada Akbar Tandjung tentang laporan yang terjadi pada awal 2000.
“Pertama dokumen itu dari rapat notulensi yang dilakukan di rumah Arifin Panigoro 22 Juni 2000, itu ditandatangani oleh Priyo Budi Santoso. Suratnya tertanggal 3 Juli 2000, itu tentang mereka marah ketika Laksamana Sukardi dari PDIP dan Jusuf Kalla dipecat oleh Gus Dur,” kata Virdika saat dikonfirmasi oleh Serikatnews.com, Minggu (29/12/2019).
Menurutnya, Akbar Tandjung selaku Ketua Umum Partai Golkar merupakan aktivis senior HMI yang memiliki pengaruh kuat. Sedangkan, Fuad Bawazier adalah Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Dengan demikian, Virdika menyebutkan bahwa koneksi eks-Orde Baru dan HMI memiliki peran penting dalam rencana dan strategi pelengseran Gus Dur.
“Mereka merancang itu, bukan cuma di elite politik, maksudnya bukan cuma di DPR, tapi juga bagaimana di mahasiswa, karena mereka sebut saja sebenarnya dokumen ini adalah dokumen Golkar dan HMI Connection,” katanya.
Lebih lanjut, Virdika mengatakan bahwa rencana tersebut juga dibenarkan oleh Fakhruddin, Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 1999-2002. “Hal itu diakui oleh M. Fakhruddin, menurutnya isu yang diusung beragam. Mulai dari Gus Dur tak berpihak kepada kelompok Islam dan isu Buloggate serta Bruneigate. Akan tetapi, dua isu terakhir merupakan senjata paling ampuh,” imbuh Virdika. (serikatnews.com)