Aya Sofya Menjadi Masjid Pertanda Islam Menguasai Dunia?

Presiden Erdogan

Instanbul – Sejak Sultan Mehmed II berhasil merebut Konstantinopel pada 29 Mei tahun 1453 dan 3 hari kemudian tepatnya 1 Juni 1453 dilakukan pertama kali Sholat Jumat Pertama di Hagia Sofia (Aya Sofya) setelah penaklukan Konstantinopel.

Misi penaklukan Konstantinopel sebenarnya seperti misi mustahil, apalagi konstantinopel mempunyai benteng yang sangat kokoh. Tetapi, dengan semangat yang gigih Sultan Mehmed II (Al Fatih) berhasil membalikkan berbagai prediksi dengan merebut Konstantinopel dengan gemilang.

Keberhasilan Al fatih dalam merebut Konstantinopel juga membuktikan kebenaran Hadis Nabi Muhammad “Konstantinopel akan direbut oleh sebaik-baiknya Pemimpin dan Sebaik-baiknya Pasukan”

Presiden Erdogan Bersama Jamaah Sholat Jumat di Aya Sofya 24 Juli 2020

Jatuhnya Konstantinopel juga menandai runtuhnya kekaisaran Byzantium (Romawi timur) berganti menjadi Kerajaan Ottoman Turki (Kesultanan Ustmaniyah). Keberhasilan merebut Konstantinopel juga menjadi pertanda Islam berhasil menggeser kebesaran eropa di abad pertengahan.

Kebesaran Islam di Konstantinopel juga berhasil menggetarkan dunia saat itu. Sebagai penanda untuk perubahan total di Konstantinopel, Al Fatih (Sang Penakluk) juga merubah Gereja Katedral Hagia Sofia menjadi Masjid dengan tetap menghormati penganut Kristen Ortodok dan pemeluk agama lain dalam beribadah di wilayah Kesultanan Ottoman, bahkan saat penaklukan Konstantinopel tidak ada sama sekali pembantaian terhadap penganut agama setempat.

Terdapat Panji Hijau Ottoman

Setelah 400an tahun Aya Sofya digunakan sebagai Masjid, pada 1924 penguasa baru Turki, Mustafa Kamal Attaruk yang merubah kesultanan Ottoman menjadi republik juga menjadikan Aya Sofya menjadi Museum bahkan menjadi Cagar Budaya UNESCO.

Hari ini setelah 86 tahun, 24 Juli 2020 menjadi hari bersejarah bagi warga Turki dimana Aya Sofya dikembalikan menjadi Masjid dengan diadakan sholat berjamaah dihadiri oleh Presiden Erdogan dimana sebelumnya Erdogan juga mengeluarkan Dekrit untuk mengembalikan fungsi Aya Sofya menjadi Masjid.

Kucing Gli dipandang sebagai penunggu Aya Sofya

Apakah perubahan Aya Sofya kembali menjadi Masjid sebagai pertanda Islam juga berhasil menguasai dunia seperti masa Al-fatih. Tentu bukan semudah membalikkan telapak tangan dimana sekarang ini dunia masih dikuasai dua negara adi kuasa Amerika dan China dimana masih berseteru dengan perang dagang dan melawan Pandemi Covid-19.

Kembalinya Aya Sofya sebagai masjid harus dimaknai dengan Jernih sebagai kedaulatan Negara Turki dan Presiden Erdogan untuk berdaulat merubah berbagai instalasi negara dengan kebijakannya. Dimana hampir sama dilakukan oleh berbagai pemimpin negara manapun di dunia.

Narasi untuk mengembangkan bahwa berubahnya fungsi Aya Sofya menjadi masjid sebagai kebangkitan Islampun tidak boleh ditolak serta merta. Tetapi menjadikan Turki sebagai pusat Khilafah dan menjadikan Erdogan sebagai Khalifah juga dapat dikatakan sebagai berlebihan, karena negara-negara Islam besar di dunia seperti Arab Saudi, Mesir, Pakistan dan Bahkan Indonesia mempunyai struktur pemerintahan sendiri yang tidak bertentangan dengan Islam.

Berubahnya Aya Sofya menjadi Masjid mungkin dapat dimaknai sebagai kebangkitan negara-negara Islam untuk mensejahterakan masyakatnya menjadi adil dan makmur di negara manapun, karena dengan tegaknya keadilan dan kesejahteraan maka akan memberikan inspirasi ke seluruh dunia, bahwa memang Islam itu membawa rahmad bagi sekalian alam, Aamiin. (GA)

, , , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Show Buttons
Hide Buttons