
Pasca hasil Pilpres 2019, terlihat Ketum Partai Nasdem tidak mempunyai pengaruh kuat di dalam pemerintahan Jokowi-Ma’ruf , padahal perolehan kursi Legislatif 2019 dan Kemenangan Pilkada di beberapa daerah menunjukkan kenaikan dan kemenangan signifikan. Masuknya gerbong penantang Presiden Jokowi yaitu Prabowo Subianto pada awalnya juga ditanggapi dingin oleh Surya Paloh karena dianggap akan melemahkan sistem Presidensiil dimana oposisi sebagai pengawas jalannya eksekutif akan menjadi minimalis.
Tetapi sebagai penghormatan kepada Presiden Jokowi sebagai Capres yang didukung penuh Nasdem pada Pemilu 2014 dan 2019 telah menurunkan ego Surya Paloh untuk tetap satu barisan mendukung Presiden Jokowi plus tentunya sikap akomodatif Presiden Jokowi dengan memberikan kursi menteri lebih kepada kader Nasdem.
Adanya wacana Presiden 3 Periode dan penundaan Pemilu tentu menimbulkan keresahan dalam diri Surya Paloh sebagai penganut sikap demokratis, rasional dan konstitusional. Keresahan itulah yang menyebabkan pilihan tegas Nasdem untuk mendukung Pemilu sesuai tahapan yang telah disepakati. Pilihan politik yang “Berbeda” dalam menyambut perhelatan 2024 ini terlihat menjadikan Surya Paloh menjadi “sendiri” ditengah semakin gemuknya koalisi Parpol pendukung pemerintah pasca masuknya PAN pada edisi Reshuffle kabinet, Rabu Pahing, 15 Juni 2022 dimana terlihat jelas, Surya Paloh tidak “happy” diantara Ketum Parpol yang hadir.
Sikap dan raut wajah Surya Paloh bisa dimaknai banyak hal dalam politik. Bisa juga merupakan strategi politik untuk “menjauh atau menjaga jarak” dengan Koalisi pendukung Presiden Jokowi dalam menyambut perhelatan Pemilu 2024 untuk bisa menjadi tokoh utama/King Maker pada gelaran tersebut. Tetapi sebagai pendukung terdepan Presiden Jokowi, Surya Paloh tetap mempertahankan “basa-basi’ politik dengan buah tidak terdepaknya kader Nasdem dalam Reshuffle kabinet, 15 Juni 2022.
Sebagai politisi kawakan dan tidak memusatkan keinginan politik absolut menjadi Capres Tunggal, kegelisahan Surya Paloh ditangkap oleh para kader Nasdem pada Rakernas 15-17 Juni 2022, dimana mayoritas kader daerah mengusulkan Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024. Anies Baswedan yang telah didukung penuh Nasdem DKI dalam berbagai Program, terakhir dalam Formula E di Jakarta mempunyai peluang besar untuk diusung Nasdem pada Pilpres 2024 dibandingkan dengan Ganjar Pranowo yang masih kader PDIP. Sikap egaliter Surya Paloh yang menghindari permusuhan antar elit, tentu tidak akan dimanfaatkannya untuk membajak kader PDIP walaupun secara rasional mempunyai tingkat elektabilitas yang tinggi.
Perpacuan tahapan Pemilu dan selesainya masa Periode 10 tahun Presiden Jokowi akan menjadi peluang bagi Surya Paloh di senja kala perjalanan politiknya untuk mentasbihkan sebagai tokoh utama/King Maker menempatkan Presiden terpilih 2024 sebagai pengganti Presiden Jokowi. Apakah Surya Paloh dan Nasdem akan memberikan sekoci untuk Anies Baswedan yang akan berakhir menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2022? apakah Anies Baswedan akan menjadi Presiden luar Jawa berikutnya yang terpilih, dimana Surya Paloh juga berasal dari Aceh akan menjadi King Makernya? jawaban dari pertanyaan tersebut, tentu akan menjadi santapan politik yang ditunggu dalam gelaran Pilpres 14 Februari 2024 mendatang.(GA)